RAMADHAN
Puasa sebagai Olah Spiritual
Dunia ini memang seru!! Dunia ini memang penuh manfaat,
bukan saja bagi mereka yang kafir (mereka yang mengingkari atau menutup diri
dari kebenaran), tetapi juga bagi orang beriman bukan kah kita dianjurkan untuk
senatiasa berdoa: “robbana atina fii
dunya hasanah afilakhiroti hasanah wakina azdabannar.” Ini adalah
permohonan pada Tuhan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup secara lahir dan
batin, baik dialam dunia ini maupun dialam yang akan datang, baik didalam
kehidupan lahir ini maupun dialam kematian.
Bahkan orang yang sungguh sungguh beriman menyadari bahwa
dunia adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan akhirat.”ad-dunya majraa
mazra’ah al-akhirat.” Dunia ini ladang bagi akhirat. Hadis ini memang perlu
dicamkan benar benar! Akhirat harus diraih melalui amaliyah dunia tanpa beramal
dengan benar, kita takan mendapatkan
buah dia akhirat! Begitulah pesan hadist tersebut.
PUASA ADALAH JALAN
Kata “puasa “ berasal
dari kata “pwasa” yang berasal dari
bahasa kawo atau di gunakan sebagai pedanan kata shiyam atau shahum yang juga
artinya menahan diri. Kata shiyam dan shaum
berasal dari kata Arab yang artinya menahan diri atau berpantang dari
sesuatu.
Dengan demikian, syariat puasa adalah cara melatih diri untuk menahan
diri atu berpantang diri dari keinginan. Jadi puasa merupakan bentuk
kedisiplinan dalam menjalankan agama.
mengapa perlu di wajibkan puasa ? disinilah kita harus mampu
melihat manusia secara umum. Pada umumnya manusia hidup sebagai silent
majority, mayoritas diam. Umumnya manusia ini sebagai pak turut, Cuma mengikut
sana sini.
Bila kita ingin memahami “puasa” kita harus memahaminya terlebih dahulu dari Al-Quran. Dalil tentang ada di surah al-baqarah dari ayat 183-189. Marilah kita perhatikan ayat-ayat berikut.
Bila kita ingin memahami “puasa” kita harus memahaminya terlebih dahulu dari Al-Quran. Dalil tentang ada di surah al-baqarah dari ayat 183-189. Marilah kita perhatikan ayat-ayat berikut.
Wahai orang- orang beriman, telah ditetapkan pada diri kalian
untuk malakukan puasa sebagaimana ketetapan yang ada pada orang – orang sebelum
kalian, agar kamu semua bertakwa (QS. Al-Baqarah :2;183)
Puasa memiliki nilai spiritual! Puasa mengandung unsur kebahagian batin. Inilah bedanya dari pada sekedar pelatihan jasmani. Dan, ini pun jika puasa dijalankan dengan benar bukan hanya benar secara formalnya tetapi benar konsekuensinya.benar tatacara puasanya dan benar pula prilakunya. Menurut hadis kudsi yang bersumber dari abu khurairah dan diriwayat kan oleh bukqari dan muslim, “ semua amal manusia itu untuk manusia itu sendiri , kecuali puasa. Allah sendiri yang membalasnya.“
Didalam syariat isalam ada dua jenis puasa , yaitu puasa wajib dan puasa sunnah. Puasa wajib dilaksanakan pada bulan ramhadan, pada waktu melaksanakan nazar, dan sebagai kafarat yaitu menbayar denda karena kesalahan dalam menunaikan ibadah tertehtu atau melakukan pembunuhan tak sengaja. Kesalahan dalam beribadah tertentu, misalnya melakukan persetubuhan ketika puasa. puasa sunah adalah puasa yang dilakukan di luar ketentuan tadi, seperti puasa senin kamis,puasa dawud.
Islam adalah agama yang simle dan sangat mempermudah ummatnya, banyak toleransi di dalam islam seperti juga dalam hal berpuasa , boleh tidak berpuasa bagi orang yang dalam perjalanan , sakit , haid. dan boleh menggantinya di waktu yang lain:
Ayat 183 ini berangkai dengan ayat berikutnya, yaitu ayat 184
yang berbunyi:
Maka barang siapa yang sakit
atau dalam perjalanan, dan berbuka, ia hendaknya berpuasa di hari-hari yang
lain sebanyak puasa yang ia tinggalkan. Bagi orang- orang yang berat menjalankan puasa, maka ia
menganti puasanya itu dengan fidyah, yaitu memberi makan orang miskin. Batang
siapa yang dengan rela hati mengerjakan kebajikan, itulah yang lebih baik
baginya. Dan jika kamu berpuasa , itu
lebih baik bagimu bila kamu mengetahui.
Ayat 183 dan 184 belum menerangkan waktu bagi puasa. Dalam Al-Quran, waktu puasa itu ada pada bulan rembulan dan bukan bulan matahari, yaitu yang jatuh pada bulan ke-9, yaitu ramadhan. Hal ini di jelaskan pada ayat 185 :
"bulan ramadhan adalah bulan ditutunkannya al-quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan dari petunjuk itu, serta pemisah antara kebenaran dan kebatilan.
Barang siapa yang hadir di bulan itu, hendaklah ia berpuasa. Barang siapa sakit
atau dalam perjalanan, dan berbuka, ia hendaknya mengganti puasa sebanyak hari
yang di tinggalkan itu si hari – hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya, dan mengagungkan Allah sesuai dengan petunjuknya yang
di berikan kepada kamu agar kamu bersyukur.
PENTINGNYA SAHUR SEBELUM BERPUASA :
Dari ayat 183 hingga 185 ini merupakan satu paket petunjuk, begitu juga dengan ayat – ayat berikutnya yang berkenaan dengan puasa. Memang ketika ayat- ayat tersebut diatas turun, ada saja satu dua orang yang bertindak sebelum bertanya kepada nabi saw. Sehingga , mereka itu berpuasa seperti puasanya orang yahudi dan nasrani, yaitu puasa tanpa makan sahur. “yang membedakan puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur,” kata nabi. Mereka itu berbuka di tengah malam sebelum tidur, kemudian tidur dan tanpa sahur lagi.
Namun, ternyata agama itu tidak di maksudkan untuk mempersulit manusia , bahkan Allah menghendaki kemudahan untuk menjalankannya. Dalam sebuah hadis yang berasal dari Amir bin Urwah , diriwayatkan oleh Ahmad, Rasullullah saw. bersabda : “ sesungguhnya agama Allah itu dalam kemudahan (diucapkan sebanyak tiga kali).” Juga di riwayatkan oleh ahmad dari anas bin malik, “ yasiru wa la tu’assiru , wasakkinu wa la tunaffiru ( permudahlah dan jangan kamu mempersulit, tenangkanlah dan janganlah kamu menggelisahkan).”
Dengan demikian, pilihan untuk berbuka atau tetap menjalankan puasa dalam keadaan sakit (ringan) atau perjalanan diserahkan sepenuhnya kepada yang melaksanakan ibadah puasa. Yang penting semua itu dilakukan bukan untuk mempersulit hidupnya.
dan kita sambut puasa dengan hati yang gembira dan niat yang lurus "semoga ramadhan kali ini menjadi berkah untuk kita semua"